Selasa, 08 Maret 2016

Gerhana Matahari di Kendari Hanya 95%


Seperti yang sudah kita ketahui fenomena alam langka Gerhana Matahari Total (GMT) besok tepatnya hari Rabu (9/3/2016) akan melintasi sebagian wilayah yang ada di Indonesia.
Gerhana matahari total ini akan bisa disaksikan dengan jelas di 12 provinsi dari Indonesia bagian barat sampai timur. Untuk wilayah Indonesia bagian barat, waktu puncak terjadinya gerhana adalah pada pukul 07.20 WIB. Untuk Indonesia bagian tengah, puncak gerhana matahari total akan terjadi pada pukul 08.35 WITA. Sedangkan untuk Indonesia bagian timur, puncak gerhana ini akan terlihat pada pukul 09.50 WIT.
Provinsi yang penduduknya bisa melihat gerhana matahari total adalah Sumatera Barat, Sumatera Selatan,Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Selain itu, wilayah lain, seperti Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah, serta Maluku Utara.
Berbeda dengan dengan Kota Kendari yang pada 11 Juni 1983 dapat menyaksikan gerhana matahari total namun sekarang hanya dapat menyaksikan 95% saja dari gerhana matahari yang tahun ini melintasi Indonesia.
Pada saat gerhana matahari total yang terjadi di Kota Kendari masyarakat masih begitu awam terhadap fenomena alam tersebut sehingga mereka merasa takut ditambah lagi dengan himbauan pemerintah yang menyuruh masyarakat agar masuk ke rumah saat gerhana matahari terjadi makin menambah ketakutan di masyarakat kala itu.
Sekarang berbeda masyarakat tentunya sudah mengetahui apa sebenarnya gerhana matahari itu, Meskipun di kota kendari tidak terjadi gerhana matahari total namun hanya 95% saja saya tetap ingin menyaksikan fenomena lama langka ini, gerhana matahari total yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 diperkirakan baru akan terjadi lagi pada 2023 kemungkinan juga perkirakan akan terjadi lagi pada puluhan tahun yang akan datang bahkan ada yang mengatakan ratusan tahun.

Gerhana Matahari Total 11 Juni 1983 di Kendari







Besok, tepatnya Rabu (9/3/2016), Gerhana Matahari Total (GMT) bakal dialami beberapa wilayah di Indonesia. Kenangan, cerita dan mitos saat GMT tahun 1983 silam kembali muncul.
Seperti yang dialami warga di Kendari, Sulawesi Tenggara. Saat itu, pengetahuan masyarakat masih terbatas. Imbauan pemerintah melarang rakyatnya keluar rumah menambah suasana semakin mencekam. Ada yang bersembunyi di kolong ranjang, menggigil ketakutan, ada yang menjunjung wajan, menggendang panci dan berbagai aktivitas aneh lainnya dilakukan masyarakat.
Sinar matahari siang itu (11 Juni 1983) langsung hilang. Layaknya Kota Kendari yang tiba-tiba terjadi pemadaman listrik di malam hari. Jarum jam menunjuk pukul 12.00 WITA. Sebagian masyarakat dalam kondisi ketakutan. Terbatasnya pemahaman mereka tentang gerhana matahari membuat pikirannya berhalusinasi. Ada yang menyangka kiamat telah datang. Orang-orang di pedalaman bahkan bersembunyi di kolong ranjang.
Berbagai cerita pun muncul dari kejadian tersebut. Bahkan, ada orang tua yang berpendapat jika matahari telah ditelan naga besar. Padahal, cerita keberadaan naga itu hanya dongeng pengantar tidur. Namun, ketidaktahuan masyarakat tentang gerhana matahari membuat mereka mempercayai berbagai cerita mistik yang muncul.
Dulu, fenomena alam lebih seperti Gerhana Matahari atau Gerhana Bulan selalu dianggap sebagai pertanda akan datang bencana besar. Masyarakat memilih untuk tidak keluar rumah dan tidak mengabadikan momentum bersejarah ini lantaran takut mengalami kebutaan.
Kejadian Gerhana Matahari Total di Kendari, masih teringat di benak Sekretaris Daerah (Sekda) Sulawesi Tenggara H Lukman Abunawas. Pada tanggal 11 Juni 1983, masyarakat diimbau tidak keluar rumah. Mereka dilarang menatap matahari saat gerhana. Melalui televisi dan radio, informasi itu disampaikan. Untuk mengetahui perkembangan, media pemerintah saat itu menyiarkan secara langsung situasi terjadinya gerhana pada beberapa kota di Indonesia.
“Masih banyak cerita-cerita mistis terkait gerhana matahari waktu itu. Makanya, suara ahli astronomi untuk berpikir logis dan realistis dalam menyikapi peristiwa itu masih kalah gaungnya cerita menyeramkan,” kata mantan Bupati Konawe dua periode ini, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (7/3/2016).
Ia mengaku beruntung tinggal berdekatan dengan kawasan pesantren. Pondok-pondok pesantren kala itu masih berpikir logis. Daripada berdiam diri di rumah, ia bersama keluarga diajak mengikuti salat gerhana secara berjamaah. Nanti setelah matahari bersinar normal, ia bersama santri lainnya keluar dari masjid.
Cerita mistik mengenai gerhana matahari masih cukup melekat di Kendari. Tradisi dan petuah orang tua masih dipegang teguh. Para orang tua menyarankan untuk menghentikan sejenak segala aktivitas termasuk melaut. Warga diminta memukul belanga atau bunyi-bunyian. Ritual ini mirip dengan beberapa suku di Indonesia.
Mereka beranggapan bunyi-bunyian ini agar mengusir ular raksasa yang akan menelan matahari. Pada gerhana tahun 1983, tradisi itu masih terlihat. Namun kalau anak-anak sekarang, sudah tidak terlalu mempercayai cerita itu. Banyak yang menyambut dan penasaran dengan fenomena alam langka ini.
Ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof Bambang Hidayat mengatakan, bahwa orang-orang yang melihat fenomena alam langkah ini adalah orang-orang yang beruntung.
Alasannya, setelah 11 Juni 1983, berlanjut 9 Maret 2016, peristiwa serupa baru bisa disaksikan lagi pada 11 Januari 2253, karena gerhana matahari total hanya terjadi setiap 33 tahun sekali.
“Kita beruntung jika bisa melihat gerhana matahari total,” kata Bambang.
Ia menjelaskan, pada perstiwa Gerhana Matahari Total, akan ada kejadian-kejadian aneh yang dipertontonkan oleh hewan. Sebab, bumi yang terang tiba-tiba menjadi gelap gulita meski hanya berlangsung sesaat.
Sejumlah hewan akan mengeluarkan tanda-tanda aneh. Sikap aneh yang diperlihatkan oleh hewan pada saat Gerhana Matahari Total terjadi yakni, jangkrik dan katak yang masuk kategori hewan malam akan mengeluarkan bunyi aneh.(KDP/ADK/ZUL/MAS/JPNN/EKY)